Jumat, 24 Juni 2011

Flek Hitam di Wajah Pendidikan

     Pendidikan memang seharusnya kita enyam sedari dini. Hal itu dilakukan agar kita dapat tuntunan dan pegangan untuk menghadapi kehidupan di masa globalisasi ini, dan dapat membawa kita menuju hal-hal yang positif. Namun kenyatan yang sering kita dengar dan saksikan, justru pendidikan yang menyesatkan. Mengapa demikian? Ya karena dari awal pendidikan yang kita dapat, banyak mencerminkan kebobrokan. Salah satu contoh, mulai kita masuk sekolah sampai perguruan tinggi sering kita saksikan tawar menawarharga. Siapa yang memiliki uang atau kedudukan tinggi, maka dialah yang berhak mendapat pendidikan yang bermutu. Bagaimana pendidikan kita akan maju jika dipupuk dengan   hal-hal    demikian?  Justru  akan melahirkan penerus bangsa yang bobrok,  dan para koruptor yang berpendidikan yang berkedok pahlawan. Berbagai cara dilakukan demi pendidikan kita. Mulai dari menganti aparat birokrat, orde pemerintahan bahkan mengubah kurikulum. Sering kali kurikulum pendidikan di Negara kita ini diubah-ubah, demi mendapatkan yang terbaik untuk penerus bangsa.  Tetapi apa kenyataan yang terjadi? Justru sebaliknya. Semakin hari kekerasan, pelecehan dan semua hal negatif banyak dilakukan anak-anak bangsa. Ya, memang tidak bisa dipungkiri, ada sebagian orang yang justru berusaha mengharumkan dan membanggakan bangsa kita.tapi hanya beberapa persen saja, lebih banyak yang merusak. 
    Hal demikian kembali  kepada pendidikan. Selain kualitas pendidikan yang kurang baik, faktor ekonomi menjadi yang pertama yang menduduki rengking dalam Negara kita. Banyak masyarakat yang tidak mampu mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi tersebut. Katanya, ada dana BOS untuk wajib pendidikan 9 tahun sekolah gratis, tapi mengapa masih banyak anak bangsa yang tidak sekolah? Kebanyakan dari mereka menjawab, tidak mampu dan tidak da biaya. Mereka justru lebih memilih berhenti sekolah dan membantu orang tuanya untuk tetap bisa bertahan hidup. Hal ini sangat memprihatinkan, anak-anak yang seharusnya bersekolah, justru mereka harus berjuang dijalanan demi sesuap nasi. Sungguh memilukan. Sebenarnya siapa yang salah? Daritahun-ketahun permasalah pendidikan tak pernah terslesaikan. Sering kali pemerintah menomerduakan pendidikan. Seharusnya justru pendidikan yang lebih diutamakan, agar tidak terjadi hal-hal di atas. Namun ironisnya, sampai saat ini belum ada jawaban. bagaimana pemerintah menangani hal yang sangat sakral ini.Sementara masih banyak anak usia SD putus sekolah atau masih belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Hal demikian seharusnya menjadi pikiran utama para perintah kita, bagaimana caranya agar semua anak-anak bangsa bersekolah dan dapat merasakan masa kanak-kanak yang menyenangkan.Dari hasil penelitian, sekitar 10% angka buta huruf berasal dari penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas. Kemampuan membaca untuk tingkat SD yang dilaksanakan oleh organisasi Internasional Education Achievement (IEA) Menunjukan mereka berada pada urutan ke-34 dari 38 negara.  Jika kita kembali pada tujuan pendidikan yang termuat dalam Undang-undang Dasar 1945, seharusnya kita bisa menuntut hak pendidikan yang adil dan merata.

Tujuan pendidikanUU No 2 Tahun 1985, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”.  Dalam Undang-undang pun telah dijelaskan bahwa kita anak bangsa berhak mendapat kecerdasan. Tapi seperti inilah wajah pendidikan kita. Melihat realitas ini, sama dengan menangis. Namun jika kita diam tanpa melakukan apapun akan semakin membuat parah keadaan. Janganlah kita selalu mengejar ketinggalan, tapi kita kejar kemajuan, dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan justru memperebutkan kekuasan atau berbuat hal-hal yang negative sehingga kita lalai akan pendidikan. (Am.)




0 komentar: